Soeharto Kritis Lagi

Soeharto Kritis Lagi

Tidur Minta Diarahkan ke Kiblat

JENGUK SOEHARTO: Menantu mantan presiden Soeharto, Ny Halimah, meninggalkan Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, Rabu (9/1) malam. Sejumlah kerabat dan mantan pejabat pemerintah terus berdatangan untuk menjenguk mantan orang nomor satu di Indonesia yang tengah dirawat di RSPP. (57)

JAKARTA- Kesehatan mantan Presiden Soeharto dalam dua hari terakhir kembali memburuk, di antaranya terlihat dari kadar hemoglobin (Hb) yang naik turun. ''Kemarin, kadar Hb-nya naik dari 7,9 gram persen menjadi 10,6 gram persen,'' kata Ketua Tim Dokter Kepresidenan Mardjo Soebiandono, Kamis (10/1).


Menurut dia, kenaikan kadar Hb tersebut diakibatkan adanya transfusi darah. Sedangkan tekanan darah berkisar 110-120/50 mmHg. Namun, berdasarkan foto paru-paru, terlihat penumpukan cairan bertambah, sehingga fungsi paru-paru masih terganggu.

Sampai kemarin, Soeharto masih tergantung pada peralatan medis dan obat-obatan. Bila kondisinya mulai membaik, tim dokter akan mengurangi penggunaan obat-obatan tersebut. Namun atas kondisi seperti itu, Mardjo menyangkal bila Soeharto dalam kondisi gawat.

Dia menyebut kondisi mantan Soeharto sebagai kritis. Karena itu, demi kepentingan percepatan kesembuhan, tim dokter masih membatasi kunjungan pembesuk. ''Kondisi Pak Harto masih kritis, tetapi tidak gawat. Sebab kalau gawat bisa terjadi pendarahan. Kritisnya masih menyangkut fungsi jantung dan ginjal yang tidak baik,'' katanya.

Menurut mantan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono, meski dengan kondisi seperti itu, Soeharto masih dapat tertawa. Apalagi jika putri pertamanya Siti Hardianti Indra Rukmana atau Mbak Tutut bercanda tentang kedatangan dirinya.

''Bila saya menengok, Mbak Tutut bilang pada beliau. Pak, ini dokter Moer datang. Jika sudah begitu Pak Harto tertawa. Mbak Tutut nambahin, ini kan dokter sekaligus satpam. Pak Harto tertawa lagi,'' ujar Moerdiono yang dari pertama Soeharto dirawat selalu membesuk tiap hari.

Menurut dia, Soeharto selalu meminta tempat tidurnya diarahkan ke kiblat, agar shalat. Padahal, dirinya sudah dibertitahu jika orang yang sakit tidak diharuskan tidur menghadap kiblat untuk shalat. ''Tapi beliau tetap minta diarahkan ke arah kiblat.''

Mardjo mengatakan, sejak dirawat Jumat lalu, tim dokter telah mengeluarkan cairan dalam tubuh Soeharto sebanyak 3.880 cc, dengan kecepatan 50 cc per jam. Akibat masih adanya tumpukan cairan di paru-paru, tim dokter belum bisa memasang alat pacu jantung Cardiac Resynchronization Therapy (CRT), karena kondisi yang tidak memungkinkan. Dia menjelaskan, pemasangan alat pacu bertujuan untuk mensinkronkan fungsi serta gerakan bilik kanan dan bilik kiri jantung.

Pemasangan alat itu tidak hanya mengacu pada naiknya kadar sel darah merah atau Hb. ''Tapi karena masih adanya penumpukan cairan pada paru-parunya pascatransfusi, sehingga CRT belum bisa dipasang. Pemasangan CRT masih harus menunggu kondisi optimal,'' katanya.

No comments:

Post a Comment

Recent Post